Minggu, 14 April 2013

Filosofi Daun yang Berguguran

          
  Pada saat musim gugur di Jepang, dedaunan mulai memisah dari batangnya satu persatu. Apakah itu karna terpaan angin yang kuat ataupun pilihannya, daun itu berjatuhan ke tanah dan membiarkan batang pohon itu sendirian tanpa ditemani dedaunannya lagi. Pohon itu begitu sedih dan merasa kesepian. Namun selang waktu berlalu, saat musim semi datang maka dedaunannya akan tumbuh lagi dan batang pohon itu kembali gembira. Dan, ia ingin melindungi serta menggenggam erat-erat dedaunan baru itu.

       Datang dan pergi silih berganti. Sekelumit cerita tentang musim gugur itu mempunyai sebuah makna bagi kita. Dedaunan itu ibaratnya adalah mereka yang pernah kita kenal dulunya. Mereka yang dulunya begitu dekat sama kita sekarang terasa begitu jauh. Namun setiap ada yang pergi jauh maka ada pula yang datang mendekat dan mengisi hari-hari ini sehingga menjadi lebih bermakna. Haruskah kita senantiasa memikirkan orang orang yang telah jauh itu ataupun memberikan sepenuh perhatian dan kepedulian dengan mereka yang berada di samping kita? Itu adalah pilihan. Kitalah yang memutuskan untuk menyesali kenapa membiarkan mereka pergi ataupun merelakannya dan menciptakan hubungan yang baru.
            Memang sedikit sulit saat harus merelakan orang yang begitu berarti bagi kita untguk pergi dan penyesalan itu pasti ada kenapa dulunya kita mengabaikan mereka. Andai waktu bisa berputar, mungkin kita akan mengubah sikap kita pada mereka. Namun sedetik pun kita tidak akan sanggup mengembalikan waktu itu. Yang mesti disadari adalah waktu yang kita miliki saat ini.Waktu yang menjadi milik kita dan memberikan perhatian terhadap mereka yang berada bersama kita saat ini. Bukannya menangisi mereka yang telah pergi, apakah karna kesalahan kita ataiupun keputusannya.